Friday, November 18, 2016

Book Review: Brighter Than the Sun (The Lyndon Sisters #2) - Julia Quinn

Brighter Than the Sun (The Lyndon Sisters, #2)
Judul: Brighter Than the Sun (The Lyndon Sisters #2)
Pengarang: Julia Quinn
Genre: Historical Romance


When Charles Wycombe, the dashing and incorrigible Earl of Billington, toppled out of a tree and landed at Ellie Lyndon‘s feet, neither suspected that such an inauspicious meeting would lead to marriage. But Charles must find a bride before his thirtieth birthday or he’ll lose his fortune. And Ellie needs a husband or her father’s odious fiancĂ©e will choose one for her. And so they agree to wed, even though their match appears to have been made somewhere hotter than heaven…


Ellie never dreamed she’d marry a stranger, especially one with such a devastating combination of rakish charm and debonair wit. She tries to keep him at arm’s length, at least until she discovers the man beneath the handsome surface. But Charles can be quite persusasive—even tender—when he puts his mind to it, and Ellie finds herself slipping under his seductive spell. And as one kiss leads to another, this unlikely pair discovers that their marriage is not so inconvenient after all… and just might lead to love.


Eleanor Lyndon: Eleanor atau biasa dipanggil Ellie ini adalah tipe heroine yang mandiri dan bisa apa-apa sendiri. Mulai dari urusan dapur seperti betulin oven dan masak, sampai urusan berkebun. Ellie juga tipe perempuan yang nggak suka nurut dan punya interest yang keren, yaitu main saham. Pas awal buku ini kelihatan banget Ellie itu suka berargumen dan berani. Tapi dia punya hati yang baik, penyayang, dan perhatian. Ellie sendiri dgambarin memiliki rambut warna merah matahari kalau sunset, atau merah keemasan (red blonde) dan menurut aku itu cantik banget.  Nggak salah kalau Charles tergila-gila sama rambutnya Ellie, haha. Menurut aku, Ellie adalah salah satu heroine terbaik yang pernah aku baca.

Charles Billington Wycombe: Earl yang harus buru-buru menikah sebelum ulang tahunnya ke 30, dikarenakan jika ia tidak menikah, hartanya tidak akan jatuh ke tangannya melainkan ke saudaranya. Well, Charles sih digambarin di buku ini tampan, dengan karakter playboy. Tapi, aku ngerasanya Charles nyantai dan sangat respek terhadap Ellie. Charles juga penyayang dan bertanggung jawab pada keluarganya juga pelayan-pelayannya. Walau awalnya Charles suka berargumentasi dan selalu pusing sama tingkah Ellie, tapi mulai pertengahan sampai akhir cerita, kelihatan deh kalau Charles tuh benar-benar sayang dan manjain Ellie banget.


Apa yang akan kamu lakukan jika tiba-tiba ada seorang pria mabuk yang tampan tiba-tiba jatuh di kakimu, tepat dari atas pohon? Hal inilah yang terjadi pada Eleanor Lyndon atau Ellie, yang akhirnya menolong pria yang tak lain adalah Charles Wycombe, seorang earl, dengan memapahnya pulang. Selama perjalanan pulang bersama Ellie, Charles memikirkan masalahnya tentang ia harus menikah sebelum ulang tahunnya yang ke 30 beberapa hari lagi, atau ia akan kehilangan hartanya. Hal inilah yang membuatnya melakukan kegilaan dengan melamar Ellie, yang tentu saja, kaget tidak terkira.

Tapi ternyata Ellie juga didera masalah dari keluarganya. Calon ibu tiri Ellie yang menyebalkan, Mrs. Foxglove, akan menjadikan Ellie pembersih cerobong asap dan memilihkan pria-pria untuk Ellie nikahi. Dan… tentu saja, pria-pria itu nggak ada yang benar sama sekali. Pilihannya tua-tua banget, dan kalaupun ada yang muda, belum cukup umur.

Kesal, Ellie memutuskan untuk kabur dan mengambil uangnya yang disimpan atas nama ayahnya, Mr. Lyndon. Tapi uang itu tidak bisa diambil kalau tidak ayahnya sendiri yang datang. Kali ini keadaan Ellie benar-benar terdesak. Akhirnya, Ellie pun mendatangi Charles dan menyetujui untuk menikah dengannya. Tapi pernikahan mereka sebagai pengantin baru ternyata tidak semulus dan sebahagia yang dipikirkan. Banyak kejadian-kejadian aneh yang terjadi setelah Ellie tinggal. Seperti kebakaran dapur, tanaman yang mati, masakan yang keasinan, dan banyak sebagainya. Belum lagi, Charles yang entah, selalu terluka jika berada di dekat Ellie.

Buku ini memiliki cerita yang cute dan sweet. Saat aku membaca buku ini, aku nggak nyangka Julia Quinn ternyata keren membuat buku dengan unsur misteri! Buku ini tentu saja sangat Julia Quinn juga, dengan humor dan percakapannya yang mengundang tawa.

Di awal buku ini, Ellie diceritain sebagai ‘biang kerok’ yang bikin kacau seisi rumah, hahaha. Selain itu ada tokoh lain seperti saudara-saudara Charles yaitu Helen, ibu dari Claire dan Judith, juga Aunt Cordelia, yang suka teriak-teriak ‘api’ dimanapun dan kapanpun. Sebenarnya Aunt Cordelia ini lucu nggak sih? Suka teriak-teriak ‘api’ gitu? Haha. Tapi ada scene dimana dia cukup berperan oke loh. Aku juga suka sama Judith. Si kecil ini cute banget, dengan tingkahnya yang selalu bisa mengundang senyum.

Best scene menurut aku disini adalah waktu Ellie, Charles, dan Judith (Judith adalah saudara Charles yang masih berusia 6 tahun) menyelinap malam-malam ke dapur dan mencari kue. Disini juga Charles menggoda Ellie dengan rayuannya yang ampun deh, bikin senyum-senyum sendiri. Hot scene-nya cukup hot juga, walau kasihan sama Charles karena udah berkali-kali merayu Ellie, tapi selalu aja gagal karena selalu ada gangguan, haha.

Untuk cover-nya, memang ada berbagai versi, tapi aku suka cover yang angsa ini, karena menurut aku manis banget. Ada angsa dan mawar-mawarnya lalu didominasi warna pink. Padahal aku nggak ngerti apa itu maksudnya, tapi mungkin pengantin baru gitu ya maksudnya, haha. Dan aku, suka, banget, stepback-nya! AAAAAA!!! Stepback-nya manis banget! Suka sama Ellie yang digambarin cantik dengan rambutnya yang merah keemasan sedang bermain ayunan disitu. Charles juga digambarin tampan!

Buat yang penasaran, ini loh, stepback-nya :D
Sumber: Pinterest

Menjelang ending, aku sempat speechless karena kok ending-nya jadi heroik. Ellie keren banget, karena aksinya heroik abis! Sampai speechless aku.  Nggak nyangka ending-nya bisa berakhir begitu, haha. Oh ya, suka juga sama epilogue-nya, lucu aja melihat tingkah Ellie dan Charles. Pesan moral yang aku dapat dari buku ini, apa ya? Hmm, mungkin, seorang perempuan itu harus strong, mandiri, dan tetap rendah hati meski sudah menjadi countess seperti Ellie.


Sebenarnya, aku menemukan beberapa quote bagus di buku ini, tapi nggak ada yang cukup menyentuh. Sekalinya ada, itu perkataan Ellie bukan untuk Charles. Tapi, menurut aku ada quote yang lumayan aku kagumi dari Ellie yaitu..

Ellie laughed. "I was only agonized until remembered who I was. You seem I've always been able to get what I want if I work hard enough fo it. So I decided to work hard for you."

Keren kan Ellie? :D


Aku memberi 4 bintang buat buku ini. 1 bintang buat Julia Quinn, 1 bintang buat ceritanya, 1 bintang buat ciuman-ciuman Charles, dan 1 bintang buat Ellie, si heroine yang lebih bersinar dari matahari :D

Monday, November 7, 2016

Book Review: Everything and the Moon (The Lyndon Sisters #1) - Julia Quinn

Everything and the Moon (The Lyndon Sisters, #1)
Judul: Everything and the Moon (The Lyndon Sisters #1)
Pengarang: Julia Quinn
Genre: Historical romance


Seven years ago she broke his heart... 


When Robert Kemble stumbles across Victoria Lyndon in hedgerow maze, he can't believe his eyes. The girl who'd torn him in two, who let him plan on elopement and then left him standing by the side of the road, was suddenly within arm's reach, and even though his fury still knew no bounds, she was impossible to resist...

Seven years ago he left her all but ruined... 

Victoria's father had told her an earl would never marry a vicar's daughter, and he was right. Robert had promised her marriage, then danced off to London while she suffered the shame of a foiled elopement. But even though Victoria doesn't particularly enjoy her new life as a governess, when Robert offers her a job of a different sort—his mistress—she refuses, unable to sacrifice her honor, even for him.

But Robert won't take no for an answer, and he vows to make her his, through any means possible. Can these star-crossed lovers learn to trust again? And is love really sweeter the second time around?


Victoria Lyndon: Victoria adalah seorang anak pastur pembantu yang baru saja pindah ke Kent. Ibunya sudah meninggal dan ia hanya tinggal bersama ayahnya dan Ellie, adiknya. Victoria juga penyuka novel romance. Karakter Victoria kuat banget, dia independen dan nggak mudah menyerah. Victoria juga tipe perempuan penyuka kebebasan dan mandiri. Sebenarnya aku agak kesal sama tingkah Victoria dan pengen getok dia supaya sadar, bahwa Robert tuh cinta banget sama dia. Tapi untunglah menjelang ending akhirnya sadar. 

Robert Kemble: Anak seorang marquiss yang agak sedikit quirky menurutku, karena kadang suka ngomongin topik yang berhubungan dengan sains. Sama seperti Victoria, ibunya sudah meninggal dan hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Tapi nanti ada sepupu-sepupu Robert yang lain seperti Aunt Brightsbill dan Harriet.  Robert tipe pria yang selalu terencana tapi pas di akhir malah ada kejadian yang lucu, haha. Aku bingung sebenarnya mau masukin Robert ke beta hero atau alpha hero. Tapi pastinya, Robert ini sweet banget. Kata-kata dan tindakannya menunjukkan dia benar-benar cinta sama Victoria. Bukan itu aja, Robert juga tahan berkali-kali menerima penolakan, dan tetap nggak mengurangi cinta dan sayangnya pada Victoria. 


Victoria Lyndon bertemu dengan Robert saat Robert sedang mengintipnya bermain di hutan. Saat itu, Robert dan Victoria mulai merasa ada kecocokan dan merekapun mulai berpacaran. Namun ketika berita mereka menjalin hubungan didengar kedua ayah masing-masing, ayah mereka tentu saja tidak mengizinkan. 

Ayah Victoria tidak percaya, bagaimana mungkin Robert, anak seorang marquiss yang notabene bangsawan bisa menyukai anak seorang pastur pembantu kalau tidak hanya ingin memanfaatkan Victoria? Sementara ayah Robert merasa Victoria hanya menginginkan kekayaan Robert. Tapi karena cinta, mereka berdua memutuskan untuk merencanakan kawin lari. Namun karena suatu insiden di malam saat mereka akan menjalankan rencana kawin lari tersebut, terjadi kesalahpahaman fatal yang akhirnya membuat Robert meninggalkan Victoria ke London dan Victoria menjadi sangat patah hati. Scene pun berlanjut ke 7 tahun kemudian, dimana mereka bertemu kembali di kejadian tidak terduga.

Aku merasa buku ini sangat 'Julia Quinn'. Percakapannya kental banget terasa ciri khasnya Julia Quinn. Selain itu, buku ini juga memuat banyak humor baik dalam scene maupun percakapannya. Aku ngakak banget pas awal-awal baca rayuan Robert ke Victoria, yang menurut aku rayuannya gombal banget dan boleh juga dipakai cowok-cowok merayu cewek zaman sekarang :P. Terus, adegan-adegan di buku ini juga lucu abis. Misalnya aja waktu Victoria dan Robert sama-sama bikin cemburu satu sama lain waktu makan malam. Sama juga waktu Macdougal dikira penjahat, hahaha! 

Robert juga tipikal hero yang sweet banget. Parah. Baik dari kata-kata maupun tindakannya benar-benar romantis dan bikin meleleh. Victoria beruntung banget, dicintai oleh Robert. Malah aku kesal banget sama Victoria yang berkali-kali menolak Robert. Padahal Robert udah berkali-kali minta maaf. Makanya waktu adegan Robert udah kesal banget kali ya, terus ngomel-ngomelin Victoria, aku happy banget, Sukurin lu, Victoria, rasain. Wkwkwk.. 

Ada beberapa adegan yang bikin aku tersentuh, salah satunya adalah saat Victoria bertanya pada ibunya sambil menatap langit. Disitu aku ngerasa banget kalau Victoria itu hanya merasa kesepian dan ingin dicintai. Sama waktu Robert melamar Victoria. Parah, sweet abis disitu sama kata-katanya Robert. Itu hero bisa banget sih bikin perempuan jatuh pingsan ke lantai?? Untuk adegan hot-nya aku nggak begitu merhatiin, tapi sepertinya lumayan cukup hot juga. Kata-katanya Robert selalu bisa aja deh buat menggoda dan merayu Victoria.

Tapi meski begitu, aku harus mengakui kalau aku cukup lelah menyelesaikan buku ini. Menjelang ending aku agak tertatih-tatih untuk menyelesaikannya. Beruntung ada adegan yang cukup menarik pas cerita udah mau selesai, jadi lumayan cukup menambah minat aku nyelsaiinnya. Tapi selebihnya, seharusnya buku ini bisa selesai cepat dan nggak membutuhkan begitu banyak halaman. Aku merasa cukup begitu banyak percakapan yang bertele-tele di dalamnya.

Oh ya, pesan moralnya juga cukup bagus di buku ini. Perempuan itu harus mandiri, independen, dan tetap strong tanpa bergantung sama laki-laki. Tapi ternyata, ada saatnya juga mereka membutuhkan laki-laki di sisinya dan juga, sebaliknya. Suka sama isu feminisme di buku ini! :D


Sebenarnya ada beberapa quote yang bagus di buku ini. Tapi ini yang paling aku sukai. :D 

"I have never been saner than I am at this very moment."


Overall, meski nyelsaiinya capek dan tertatih-tatih, tapi aku tetap suka sama buku ini. Suka sama karakter-karakternya seperti Victoria, Robert, Aunt Brightsbill, Harriet dan MacDougal. Juga suka sama scene-scene yang cukup menarik seperti pertengkaran mereka berdua. Terakhir, suka sama pesan moralnya. Jadi, aku beri 4 bintang buat kisah cinta lama bersemi kembali dari Victoria dan Robert. :D

Tuesday, November 1, 2016

Book Review: A Lady by Midnight (Spindle Cove #3) - Tessa Dare

A Lady by Midnight (Spindle Cove, #3)
Judul:  A Lady by Midnight (Spindle Cove #3)
Pengarang: Tessa Dare
Genre: Historical Romance


A temporary engagement, a lifetime in the making . . .


After years of fending for herself, Kate Taylor found friendship and acceptance in Spindle Cove—but she never stopped yearning for love. The very last place she'd look for it is in the arms of Corporal Thorne. The militia commander is as stone cold as he is brutally handsome. But when mysterious strangers come searching for Kate, Thorne steps forward as her fiancĂ©. He claims to have only Kate's safety in mind. So why is there smoldering passion in his kiss?

Long ago, Samuel Thorne devoted his life to guarding Kate's happiness. He wants what's best for her, and he knows it's not marriage to a man like him. To outlast their temporary engagement, he must keep his hands off her tempting body and lock her warm smiles out of his withered heart. It's the toughest battle of this hardened warrior's life . . . and the first he seems destined to lose.


Kate Taylor: Kalau aku bisa menggambarkan satu kata buat mendeskripsikan Kate, aku akan pilih.. agresif. Menurut aku Kate itu agresif. Kate adalah seorang yatim piatu yang hanya ingin tahu tentang keluarganya dan mungkin, merindukan kasih sayang. Tapi kadang sikapnya menurut aku nyebelin, soalnya terkadang kekanak-kanakan. Tapi pas udah tahu masa lalunya dia sebenarnya dan sikapnya menjelang ending, dimaafkan deh.

Samuel Thorne: Thorne ini yummy banget deh. Dia punya banyak tato yang menurut aku.. seksi. Masa lalu Thorne ini buruk banget dan nggak ada bagusnya. Untunglah dia ketemu Bram, yang sedikit demi sedikit bawa dia ke arah yang lebih baik. Tapi pas tahu pengorbanannya buat Kate, wohooo, dia jadi likeable banget. Malah aku lebih simpatik sama Thorne daripada Kate.


Kate Taylor, guru musik dari Spindle Cove adalah seorang yatim piatu yang tidak tahu siapa orangtua maupun keluarganya. Hal inilah yang membawa dia pergi kepada nona Paringham, pengasuh di sekolahnya dulu untuk menanyakan asal-usulnya. Tapi bukan mendapat jawaban, Kate malah mendapatkan hinaan dan cacian. Harinya yang makin buruk itu makin bertambah buruk saat ia tidak punya uang untuk pulang ke Spindle Cove. Namun, kebetulan yang dramatis terjadi. Saat ia tidak melihat jalan, ia ditolong oleh Corporal Thorne, kenalannya dari Spindle Cove.

Semenjak dari Spindle Cove, Kate tidak pernah cocok dengan Thorne karena pria itu dingin dan kaku. Akhirnya, Kate pun pulang dengan Thorne sampai Spindle Cove. Tapi, kejutan lain menanti. Saat Kate pulang ke Queen's Ruby, tempat tinggalnya, sudah ada empat orang keturunan bangsawan yang menunggunya dan mengatakan bahwa Kate adalah keluarga mereka yang hilang. Kate tentu terkejut dengan kabar ini, begitu juga Thorne. Akhirnya, Thorne pun mengaku dirinya sebagai tunangan Kate, yang makin membuat Kate kaget. Namun Thorne berdalih bahwa hal ini bertujuan untuk melindungi Kate.

Yang cukup bikin aku suka sama buku ini adalah Thorne. Thorne, pria yang memiliki masa lalu dan karakter buruk tapi.. hatinya baik banget. Thorne juga yummy banget, dia punya banyak tato yang menurut aku.. seksi :P. Walaupun dia seringkali menganggap dirinya nggak pantas buat Kate, tapi aku terharu sama perbuatannya untuk Kate di masa lalunya. Dan walaupun Thorne kaku, dingin, nggak bisa bilang cinta, tapi aku udah merasa kalau perbuatannya Thorne udah cukup mewakilkan sayangnya Thorne kok :D

Hot scene-nya cukup hot! Cover-nya juga cukup bagus. Oh ya, aku lama banget deh nyelsaiin buku ini. Kayaknya malas aja, ngelanjutinnya. Tapi setelah 'berusaha' melanjutin, ternyata seperti khasnya Tessa Dare, tulisannya makin mengalir dan makin banyak scene yang menghibur. Aku juga suka sama unexpected scene menjelang ending yang menurutku, smart abis buat Kate. 

Tapi lagi-lagi, aku juga sempat dilanda bosan dan terkena sindrom 'ini kok jadi begini sih?' karena yaa.. scene-nya itu udah bagus, eh tapi scene selanjutnya nyebelin. Beberapa scene kelihatan dramatis abis dan too good to be true! Aku jadi ngerasa kalau Tessa Dare jadi penulis skrip sinetron di Indonesia, sinetronnya pasti laku keras. 

Pesan dari cerita ini yang aku tangkap adalah, kalau jodoh pasti akan bertemu lagi. Alias nggak kemana. Alias sama dia aja. Mau dipisahin jarak atau apa kek, ya kalau dah jodoh pasti sama dia juga. Sama seperti kisahnya Kate dan Thorne :D


Meski aku harus akui jarang nemu quote bagus di buku ini, tapi sekalinya aku nemu quote-nya benar-benar bagus dan menyentuh banget. Terharu waktu Thorne ngomong begini sama Kate:

"You listened when I needed it. Laughed when I needed that. You wouldn't go away, no matter how I scowled or raged. You loved me despite everything, and you made me look deep inside myself to find the strength to love you in return. I'm a different man because of you"


Dari keseluruhan, aku tetap nemuin buku ini menghibur dan mengasyikkan untuk dibaca. Jadi, 3,5 bintang aku beri buat kisah cintanya Kate si guru musik dan Thorne si penyayang Badger :D.

Friday, October 28, 2016

Book Review: The Viscount Who Loved Me (Bridgertons #2) - Julia Quinn

The Viscount Who Loved Me (Bridgertons, #2)
Judul: The Viscount Who Loved Me (Bridgertons #2)
Pengarang: Julia Quinn
Genre: Historical Romance
Tahun Terbit: 2000


1814 promises to be another eventful season, but not, this author believes, for Anthony Bridgerton, London's most elusive bachelor, who has shown no indication that he plans to marry.

And in truth, why should he? When it comes to playing the consummate rake, nobody does it better...
—Lady Whistledown's Society Papers, April 1814

But this time, the gossip columnists have it wrong. Anthony Bridgerton hasn't just decided to marry—he's even chosen a wife! The only obstacle is his intended's older sister, Kate Sheffield—the most meddlesome woman ever to grace a London ballroom. The spirited schemer is driving Anthony mad with her determination to stop the betrothal, but when he closes his eyes at night, Kate is the woman haunting his increasingly erotic dreams...

Contrary to popular belief, Kate is quite sure that reformed rakes do not make the best husbands—and Anthony Bridgerton is the most wicked rogue of them all. Kate is determined to protect her sister—but she fears her own heart is vulnerable. And when Anthony's lips touch hers, she's suddenly afraid she might not be able to resist the reprehensible rake herself...


Anthony Bridgerton: Putra pertama dari keluarga Bridgerton, yang mempunyai bayang-bayang ketakutan tersendiri dalam hidupnya. Anthony digambarin tampan dan bertanggung jawab sama keluarga. Tipikal playboy, tapi sangat sayang dengan keluarganya. Salah satu hero yang aku suka bangetlah pokoknya!

Kate Sheffield: Sama seperti Anthony, Kate juga sangat sayang dengan keluarganya, Mary dan Edwina. Kate memiliki prasangka yang kuat kepada Anthony dan menganggap Anthony adalah pria yang harus dihindari oleh adiknya, Edwina. Sama seperti Anthony pula, Kate memiliki ketakutan dan trauma pada masa lalunya. Sebenarnya Kate ini agak-agak ngeselin, sih, haha. Tapi entah aku suka dengan heroine seperti Kate. Mandiri dan strong aja, gitu! :D


One of my all time favorite. 

IT'S TIME FOR ANTHONY BRIDGERTON!!!

Nggak akan pernah lupain buku ini! Semenjak baca buku pertama seri Bridgerton, The Duke and I, sosok Anthony Bridgerton udah menarik perhatian aku banget. Makanya aku punya ekspektasi yang tinggi terhadap kisah Anthony ini. Dan aku harus akui, aku puas, banget, banget, banget sama kisah Anthony dan Kate!

Anthony yang merupakan putra sekaligus anak pertama keluarga Bridgerton memutuskan untuk menikah. Tapi, Anthony mempunyai kriteria sendiri dalam memutuskan siapa yang akan menjadi calon istrinya. Ia harus menikahi wanita yang tidak mungkin akan ia cintai, karena ketakutannya akan bayang-bayang masa lalu. Dan, pilihan itu akan nampak sempurna jika dijatuhkan pada Edwina Sheffield, dimana ia tidak akan pernah jatuh cinta padanya.

Edwina Sheffield memiliki kakak tiri bernama Kate Sheffield. Meski saudara tiri, tapi mereka saling mencintai. Berbeda dengan Edwina yang cantik dan menjadi bintang season tahun itu, Kate cenderung biasa saja dan malah tidak peduli dengan dirinya yang juga harus mencari calon suami. Ia lebih peduli pada Edwina, adiknya. Ia harus memutuskan bahwa yang menjadi suami Edwina adalah benar-benar pria yang pantas, bukannya playboy seperti Anthony. Hahahaha..

Tentu saja, sejak awal Kate sudah menunjukkan ketidaksukaannya pada Anthony. Anthony juga jadi kesal dengan prasangka Kate yang nggak suka dengan dirinya. Tapi seiring berjalannya waktu, intensitas bertemu Anthony dan Kate juga makin tinggi. Terlebih dari waktu mereka bersama, seperti bermain Pall Mall bareng, kejadian di perpustakaan, membuat Anthony merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya kepada Kate.. juga sebaliknya, Kate yang merasakan hal yang berbeda pada Anthony.

Suka, suka banget sama buku ini! Suka sama Kate dan Anthony yang selalu 'perang' dan adu mulut. Lucu banget deh, mereka berdua waktu main Pall Mall game. Anthony kelihatan banget cuma bisa tabah dan nggak bisa melakukan kekerasan, walau dia udah emosi banget, haha.. Adegan 'perang' mereka juga benar-benar menarik banget. Kate benar-benar nggak mau kalah sama Anthony dan demikian juga dengan Anthony. Mereka bahkan bisa saling injek-injekkan dan gigit loh saking kesalnya, haha!

Adegan yang paling aku suka disini adalah waktu Kate dan Anthony berada di ruang privat Anthony. Waw, Julia Quinn bisa banget sih bikin emosi naik turun disitu, haha. Tapi adegan yang membuat mereka saling mengenal tentu saja adegan di perpustakaan. Sederhana, tapi cukup untuk menggambarkan bagaimana jiwa mereka bisa saling mengenal satu sama lain. Hot scenes-nya juga cukup 'hot'. Menjelang ending, suka sama kelembutan Anthony kepada Kate. Anthony kelihatan sayang banget sama Kate, meski Anthony tetap nggak mau jujur sama dirinya sendiri.

Walau formula untuk menyatukan Kate dan Anthony sama dengan Daphne dan Simon di Duke and I, yaitu 'nggak sengaja terlihat', tapi aku tetap sukaaaaaa banget sama cara penceritaan Julia Quinn. Humornya dapet banget. Aku ngakak dan senyum-senyum sendiri sepanjang membaca buku ini. Meski begitu. nggak mengurangi adegan menjelang klimaks yang mengharukan banget. 

And the best part dari kisah Anthony dan Kate adalah, pesan moralnya. Pesan moral yang disampaikan disini benar-benar menyentuh. Intinya begini, bahwa ternyata cinta bisa mengalahkan ketakutan yang kita hadapi. Ketakutan Anthony nggak sebanding saat ia merasakan jiwanya justru sudah lebih dulu mati, saat ia merasa akan kehilangan Kate yang ia cintai. 


Ada beberapa quotes yang oke dan menyentuh juga dari buku The Viscount Who Loved Me. Ada quote yang hot, yang menyentuh, yang bikin ketawa. Tapi, ada satu quote yang menurut aku bagus dan menyentuh semenjak aku membacanya, yaitu.. 


       “Love's about finding the one person who makes your heart complete. Who makes you a better person than you ever dreamed you could be. Its about looking in the eyes of your wife and knowing all the way to your bones that she's simply the best person you've ever known.”   


Aku suka, banget, banget, banget sama buku ini. Pernah nggak kalian nggak bosan membaca suatu buku, mau berapa kalipun kalian membacanya? Ini yang aku rasain saat aku membaca The Viscount Who Loved Me. Cerita, karakter yang aku sukai banget, ekspektasi aku yang terbayar dengan kepuasan aku saat membaca buku ini, adegan humor dan hot-nya, juga yang terpenting adalah pesan moralnya membuat aku nggak ragu untuk memberi 5 bintang buat kisah cinta Kate dan Anthony. 

Tuesday, October 25, 2016

Book Review: The Duke and I (Bridgertons #1) - Julia Quinn


—Lady Whistledown’s Society Papers, April 1813


By all accounts, Simon Basset is on the verge of proposing to his best friend’s sister, the lovely—and almost-on-the-shelf—Daphne Bridgerton. But the two of them know the truth—it’s all an elaborate plan to keep Simon free from marriage-minded society mothers. And as for Daphne, surely she will attract some worthy sutiors now that it seems a duke has declared her desirable.

But as Daphne waltzes across ballroom after ballroom with Simon, it’s hard to remember that their courtship is a complete sham. Maybe it’s his devilish smile, certainly it’s the way his eyes seem to burn every time he looks at her… but somehow Daphne is falling for the dashing duke… for real! And now she must do the impossible and convince the handsome rogue that their clever little scheme deserves a slight alteration, and that nothing makes quite as much sense as falling in love…


Daphne Bridgerton: Anak perempuan pertama keluarga Bridgerton. Daphne ini menunggu lamaran yang nggak datang-datang. Biasalah, kehidupan sosialita London dulu kan gitu. Daphne memang asyik, tapi asyik dijadikan teman bukan untuk pasangan. Daphne tipikal perempuan yang tomboi, polos, dan sayang banget sama keluarganya. Dia juga lucu, dan agak sedikir keras kepala juga. Pokoknya suka deh sama Daphne! :D

Simon Bassett: Duke lajang yang jadi incaran mama-mama histeris di pesta dansa London. Hahaha.. Simon Bassett ini orangnya kepala batu juga, dan berpendirian tegas sama prinsipnya. Tapi akhirnya kalah juga sama Daphne :D. Oh ya,Simon juga lumayan menyimpan masa lalu juga sih menurut aku.


Probably one of the best book i've ever read.

Bikin review ini jadi bikin aku ingin baca ulang buku ini deh :D

Buku pertama dari seri Bridgertons ini bercerita tentang anak keempat dari keluarga Bridgerton, Daphne. Daphne Bridgerton yang tomboi, belum juga menikah karena pria-pria di London menganggapnya hanya teman. Karena itu, Daphne kemudian menyusun rencana sandiwara bersama Simon Bassett, teman baik dari kakak tertua Daphne, Anthony Bridgerton. Masalahnya disini, Anthony yang sayang banget sama keluarganya nggak suka Daphne dekat-dekat Simon. Soalnya, Simon terkenal banget sebagai playboy, dan, bersumpah untuk tidak akan menikah. 

Karena sandiwara itu, Daphne dan Simon jadi makin dekat. Sampai akhirnya ada suatu kejadian yang membuat Simon harus menikahi Daphne. Jelas dong, Simon tetap nggak mau menikahi Daphne. Tapi dibalik itu, ada rahasia yang dipendam Simon Bassett dengan alasannya nggak mau menikah.

Ini adalah serial Bridgerton pertama yang aku baca, dan aku langsung jatuh hati. Aku suka banget pas di adegan Simon dihabisin sama Anthony, kelihatan banget Anthony disitu gentleman-nya dan sayang keluarganya. Please, disini memang Simon yang jadi tokoh utama tapi justru aku malah lebih fokusnya ke Anthony, Haha! 

Oh ya, kalau ada yang bilang buku yang paling hilarious itu buku nomor dua, tentang Anthony, menurut aku malah buku ini yang paling lucu. Ada banyak adegan yang bikin ngakak seperti waktu Daphne sadar akan kepolosannya terus dia nyindir Simon. Terus waktu kakak-kakak Daphne sok-sok ngintip Daphne di menjelang ending, disitu aku ngakak banget. Aku juga suka banget adegan waktu Simon mabuk terus dia teriak-teriak depan kamar Daphne. Menurut aku itu lucu banget XD.

Untuk hot scene sih aku malah nggak terlalu merhatiin, kenapa ya haha? Mungkin karena Daphne polos bangettt, banget. Atau waktu itu aku emang fokus sama ceritanya haha. Sayang juga buku ini kurang panjang dibanding buku-buku Bridgerton yang lainnya. Menjelang ending, ada sedikit twist tapi aku puasss dengan epilogue-nya. 


Keseluruhan aku suka! Suka sama cara bercerita Julia Quinn yang asyik abis, suka sama gaya humornya, suka sama ceritanya, suka sama karakter-karakternya. 4,5 bintang buat kelucuan kisah cinta Daphne dan Simon! :D        

Monday, October 24, 2016

Book Review: A Week to Be Wicked (Spindle Cove #2) - Tessa Dare

A Week to Be Wicked (Spindle Cove, #2)
Judul: A Week to Be Wicked (Spindle Cove #2)
Genre: Historical Romance
Pengarang: Tessa Dare
Tahun Terbit: 2012


When a devilish lord and a bluestocking set off on the road to ruin... time is not on their side.

Minerva Highwood, one of Spindle Cove's confirmed spinsters, needs to be in Scotland. 



Colin Sandhurst, Lord Payne, a rake of the first order, needs to be... anywhere but Spindle Cove.



These unlikely partners have one week to
• fake an elopement
• convince family and friends they're in "love"
• outrun armed robbers
• survive their worst nightmares
• travel four hundred miles without killing each other
All while sharing a very small carriage by day and an even smaller bed by night.

What they don't have time for is their growing attraction. Much less wild passion. And heaven forbid they spend precious hours baring their hearts and souls.

Suddenly one week seems like exactly enough time to find a world of trouble. And maybe... just maybe... love.


Minerva Highwood: Aku harus acungin jempol untuk heroine seperti Minerva. Minerva adalah perempuan yang mandiri dan tahu apa yang dia mau. Dia adalah karakter yang cerdas, kuat, dan punya pendirian tegas. Dia juga sayang sama keluarga dan sahabatnya. Sepertinya Minerva adalah satu heroine terbaik yang pernah aku baca. Dia pantas bersanding dengan Colin.

Colin Sandhurst: Well, Colin menjadi salah satu hero terbaik yang pernah aku baca. Colin, oh, Colin! Colin yang diluarnya kelihatan nakal, bajingan, playboy, ternyata menyimpan kerapuhan dalam hati dan hidupnya. Colin ternyata juga sangat baik dan rendah hati. Demi Minerva dia rela menghadapi ketakutan terburuknya. Demi Minerva juga dia rela menjaga dan menepati janjinya untuk sampai ke Edinburgh. Demi Minerva juga Colin berusaha menjaga agar Minerva bisa menggapai mimpi dan cita-citanya.


SCREAM FOR LORD PAYNE AND MINERVA HIGHWOOD!!!

Minerva Highwood adalah seorang gadis nerd berusia 21 tahun yang cinta banget sama batu. Iya, batu, karena dia adalah seorang geologist. Viscount Payne atau Colin Sandhurst adalah seorang rake, scoundrel, playboy atau apalah itu yang punya gangguan tidur saat malam hari. Jadi, dia insomnia tiap malam dan nggak bisa tidur. Kecuali.. dia bercinta dengan wanita. Baru deh dia bisa tidur.

Suatu malam, Minerva datang ke tempat Colin dan menawarkan suatu penawaran. Minerva menawarkan Colin untuk nemenin dia ke Edinburgh, Skotlandia, karena Minerva mau ikut kompetisi geologist disana. Minerva menawarkan kalau dia menang, dia akan memberikan hadiahnya buat Colin. Colin sebenarnya udah nggak mau ikut kegilaan Minerva, tapi karena satu lain hal, akhirnya dia ikut juga. Dari sinilah kegilaan perjalanan mereka dimulai!

Reaksi aku pas baca ini adalah.. speechless!

Pernah nggak sih kalian baca buku sampai hangover dan nggak bisa move on ke buku lainnya?

Ini yang aku rasakan saat baca A Week To Be Wicked-nya Tessa Dare, yang menurut aku ceritanya baguuuuusssss.. banget! Aku ngakak, senyum-senyum sendiri, juga nangis pas baca buku ini. Padahal sekarang aku udah mulai baca buku kelanjutannya, tapi aku tetap masih nggak bisa move on dari cerita kedua seri Spindle Cove ini. Aku membaca cerita Colin dan Minerva sampai berulang-ulang loh. Karena memang ceritanya bagus, bagus, banget!

Buku ini benar-benar full of surprise! Aku benar-benar ngakak banget sama kisah Minerva dan Colin. Perjalanan mereka dari satu tempat ke tempat yang lain benar-benar penuh kegilaan dan aksi nekat. Aku nggak bisa nebak akan kemana mereka setelah ini, apa yang akan mereka lakukan, karena memang plot ceritanya penuh kejutan. Aku nggak menyangka Tessa Dare begitu cerdas membuat plot cerita yang bisa bikin aku tertawa, terharu, dan merasakan hati tiba-tiba hangat secara bersamaan. Two thumbs up for Tessa!

Aku cukup meleleh melihat bagaimana Colin sadar dia itu nggak pantas buat Minerva. Menganggap bahwa hati Minerva itu sangat berharga. Memperlakukan Minerva sebagai perempuan yang pantas diperjuangkan, dimenangkan, dan dimanjakan. Dimana lagi aku bisa nemu laki-laki seperti Colin coba? Scene-scene di buku ini banyak banget yang memorable. Memorable baik untuk bikin ketawa, bikin terharu, juga untuk bikin hati meleleh.

Salah satu scene yang bikin aku ngakak adalah waktu Minerva berusaha menyelamatkan Colin yang ditawan. Colin menyuruh Minerva untuk ambil pisau di sepatu boot-nya, sementara tangan Colin diikat dan kaki Colin lagi berusaha menahan pengawas. Tapi saking geramnya kali ya si Minerva, pas dia udah berhasil ngambil pisau, Minerva malah nanya ke Colin, di bagian mana harus ditusuk si pengawas itu. Padahal maksudnya Colin kan pisaunya digunain buat motong tali yang mengikat tangannya Colin! WKWKWK!!!

Untuk scene yang bikin aku terharu, banyak banget. Salah satunya adalah waktu seorang gadis kecil miskin bernama Elspeth minta Colin dan Minerva datang ke booth mamanya yang seorang peramal, agar Colin dilihat masa depannya. Saat itu Minerva bilang ke Colin bahwa persediaan uang mereka menipis. Tapi memang Colin dasar hatinya baik, dia bilang dia nggak perlu diramal dan sebagai gantinya dia akan meramal Elspeth. Colin tentu aja cuma iseng bilang mau meramal Elspeth. Dia malah bilang yang intinya begini, bahwa dia melihat akan ada permen di masa depannya Elspeth. Terus, Colin ngasih keping uang deh ke tangannya Elspeth. So sweet banget, kan?

Scene yang bikin aku terharu dan meleleh? Banyak, banget, nget, nget. Kalau diceritain bisa-bisa aku spoiler parah. Tapi, aku suka bagaimana Colin memperlakukan Minerva sepanjang perjalanan mereka. Menjelang ending Colin juga jadi begitu posesif dan nggak mau melepas Minerva. Kelihatan banget deh, cintanya Colin pada Minerva itu sedalam apa. Oh ya, hot scene-nya juga oke kok. Suka sama rasa sayang dan keposesifan Colin sama Minerva. Cerita di Spindle Cove selagi mereka kabur juga menarik diikuti, karena menyibak misteri kaburnya mereka berdua. Hahahaha…

Untuk cover. Cover aslinya super hot banget. Sukaa…. Colin kelihatan tampan disitu dan Minerva juga kelihatan cantik. Serasi, dan super seksi. Cocoklah mereka berdua. Terakhir, kekurangan buku ini? Sepertinya hampir nggak ada deh! Kecuali kurang panjang. Aku berharap bisa melihat lagi kisah cinta Colin dan Minerva, bahkan sampai anak-anak mereka. Hehe. Udah gitu, mana epilogue-nya? T_T


Favorite quote aku sebenarnya banyak banget disini! Sepertinya buku ini memang dipenuhi quote yang bagus dan menginspirasi banget. Tapi kalau aku harus memilih, salah satu yang paling berkesan buatku adalah..

"When i look at you, my thoughts are something like this: God only knows what trials lie down that path." Smiling, she slipped her arms around his neck. "But take heart, Colin. Some women like to be surprised."


Overall, aku sangat-sangat, merekomendasikan buku ini. Baca dan kalian nggak akan menyesal mengikuti jalan cerita Colin dan Minerva yang penuh kejutan. 5 BRILLIANT STARS aku kasih buat kisah cinta Minerva dan Colin!

Sunday, October 23, 2016

Book Review: A Night to Surrender (Spindle Cove #1) - Tessa Dare

A Night to Surrender (Spindle Cove, #1)
Judul: A Night to Surrender (Spindle Cove #1)
Pengarang: Tessa Dare
Genre: Historical Romance
Tahun Terbit: 2011



Welcome to Spindle Cove, where the ladies with delicate constitutions come for the sea air, and men in their prime are... nowhere to be found. Or are they?


Spindle Cove is the destination of choice for certain types of well-bred young ladies: the painfully shy, young wives disenchanted with matrimony, and young girls too enchanted with the wrong men; it is a haven for those who live there. 

Victor Bramwell, the new Earl of Rycliff, knows he doesn't belong here. So far as he can tell, there's nothing in this place but spinsters... and sheep. But he has no choice, he has orders to gather a militia. It's a simple mission, made complicated by the spirited, exquisite Susanna Finch—a woman who is determined to save her personal utopia from the invasion of Bram's makeshift army. 

Susanna has no use for aggravating men; Bram has sworn off interfering women. The scene is set for an epic battle... but who can be named the winner when both have so much to lose?


Susanna Finch: Susanna Finch adalah seorang wanita lajang berusia 20-an yang tinggal bersama ayahnya, Sir Lewis Finch di Summerfield, Spindle Cove. Susanna Finch sendiri wanita pertama mengelola Spindle Cove dan menjadikannya tempat bagi perempuan-perempuan untuk menenangkan diri. Sebenarnya suka sama Susanna, soalnya dia baik, friendly banget, keren (bisa menggunakan senjata!) dan walau ada sisi keras kepalanya, tapi juga dia punya ketakutan tersendiri. Walau kadang nyebelin karena aku merasa dia agak egois terhadap Bram, tapi sepertinya dia cute aja gitu, di buku ini. 

Victor Bramwell: Officer yang terpaksa datang ke Spindle Cove untuk menemui Sir Lewis, supaya bisa mendapatkan tugas perang kembali. Bram pria yang ambisius, tegas, bertanggung jawab, tapi dia juga keras kepala. Punya masalah dengan kakinya yang sempat tertembak di medan perang, dan sedikit nggak bisa menerima kenyataan. Tapi, Bram termasuk hero yang oke, kok!


Selamat datang di Spindle Cove! Sebuah tempat dimana para wanita-wanita Inggris dapat menenangkan diri. Spindle Cove terletak di pinggir laut, sehingga wanita-wanita ini dapat relaks dengan udara pantai dari masalah di perkotaan sana. Spindle Cove pertama kali dikelola oleh Susanna, yang menjadi heroine di buku seri pertama ini.

Awalnya diceritakan bahwa Susanna sedang menawarkan ketenangan Spindle Cove pada keluarga Highwood, yang tiba-tiba ia mendengar keributan yang sangat jarang banget terjadi. Ngakak banget disini karena Susanna seakan bilang, di Spindle Cove itu nggak ada lah macam pria seperti pahlawan perang yang ambisius dan bangsawan yang bermasalah dengan hutang. Eh justru malah pria-pria itu yang datang. Haha!

Victor Bramwell adalah seorang officer yang ingin menemui Sir Lewis, ayah Susanna karena ingin mendapatkan surat rekomendasi ke medan perang. Tapi alih-alih kembali, ia malah mendapatkan gelar Earl of Rycliff, dan mendapat tugas membuat latihan militer di Spindle Cove. Katanya sih supaya melindungi Spindle Cove kalau ada keadaan darurat. Padahal Spindle Cove apa bahayanya sih? Orang isinya kebanyakan wanita, dan juga justru wanita-wanita itu datang kesini karena ketenangannya. Tapi Bram tentu aja menjalankan dengan serius tugasnya XD 

Mendengar hal ini, Susanna tentu aja kesal. Spindle Cove yang selama ini dibangun sama dia tiba-tiba diberantakin sama Bram. Spindle Cove yang tadinya teratur sama jadwal hariannya bagi wanita-wanita yang lagi berlibur disana, tiba-tiba rusuh karena ketampanan Bram dan komplotannya. Tapi seiring tingginya intensitas bertemu dengan Bram, tentu aja makin lama makin ketertarikan antara mereka berdua makin tinggi and, you know lah what's the next.

Cukup suka, sama seri pertama ini! Awalnya aku baca udah lama banget, tapi entah kenapa malas banget ngelanjutinnya karena awalnya bikin bosan. Eh tapi setelah lama kelamaan diikuti, asyik juga! Suka karena banyak adegan humorous yang menghibur, seperti tentang Dinner. Ah Dinner, kamu domba yang beruntung banget sih XD. Lalu suka sama salah satu perilaku Bram yang ngasih 'kode' ke Susanna. Meleleh abis disitu. Suka juga sama sikap Bram yang terkadang posesif ingin memiliki Susanna. Banyak juga adegan-adegan yang nggak terduga. 

Tapi lemahnya, aku pas baca buku ini keki sendiri. Soalnya Susanna sama Bram suka tarik ulur dan memperlama masalah. Susanna kesannya jadi egois dan takut sama ketakutannya sendiri. Bram juga kayak maksain kehendaknya juga. Aku sebagai pembaca bacanya tuh kayak jadi, ah gue suka nih.. kalau begini. Eh tunggu-tunggu, kok jadi begini sih? Ya gitulah pokoknya. Terus sebenarnya ada beberapa adegan yang disayangkan ada.

Adegan hot-nya cukup banyak. Cukup hot juga. Cover-nya cantik, Susanna sih digambarin punya banyak freckles. Tapi di cover nggak. Nggak apa-apalah, di imajinasi aku juga Susannanya seperti di cover, manis. 


Waktu menyelesaikan buku ini aku sempat hang-over dan baca buku ini kembali berulang-ulang. Suka sama bagaimana care-nya Susanna sama Bram dan adegan hot mereka. Jadi, 3,5 bintang dibulatkan ke 4

Friday, October 21, 2016

Book Review: Because You're Mine (Capital Theatre #2) - Lisa Kleypas

Because You're Mine (Capital Theatre, #2)
Judul: Because You're Mine (Capital Theatre #2)
Genre: Historical Romance
Pengarang: Lisa Kleypas
Tahun Terbit: 1997


"I don't care about your conscience. All I want is for you to kiss me again."

Lady Madeline Matthews would rather shame herself than sacrifice her freedom—which is why, to avoid a marriage to an aging, lecherous lord, she seeks out the company of Logan Scott. A torrid affair with the notorious womanizer would surely condemn her in the eyes of good society.

Though a legend in the bedchamber, Logan is, in truth, an intensely private man tormented by past betrayals. Now a forward little minx is disrupting his life with her vibrant charm and unspoiled beauty, a high-spirited enchantress completely at sea in London's sophisticated whirl. But when what begins with a kiss threatens to blossom into something more rapturous and real, will Logan and Madeline have the courage to drop the masks they hide behind in the name of love?


Madeline Matthews: Gadis belia berusia 18 tahun yang akan segera dijodohkan sama pria tua, dan dia jelas aja nggak mau dan cari cara supaya bisa bebas. Madeline adalah tipe heroine yang strong, aku suka Madeline! Lucu aja waktu dia bawa-bawa sapu saat kerja di Capital Theatre dan berbaur sama teman-temannya. Madeline juga termasuk heroine yang beruntung karena dicintai oleh seorang hero seperti Logan, hihi!

Logan Scott: Aktor tampan berusia 30 tahun di Capital Theatre yang penuh kejutan. Kejutan disini maksudnya nanti dibahas di pertengahan sampai ending, bahwa ternyata masa lalunya cukup mengejutkan :D Selain itu, Logan punya trauma masa lalu sama masalah percintaannya. Sebenarnya aku kurang suka sama tokoh hero yang punya trauma masa lalu dalam hal cinta gitu, tapi ternyata di buku ini nggak begitu mengganggu! Karena kelihatan banget Logan begitu sayang dan perhatiannya sama Madeline. Beruntungnya Madeline!


Ceritanya tentang Madeline, putri bungsu dari tiga bersaudara yang udah dijodohin sama pria tua yang mirip kodok (digambarinnya gitu di buku ini, asli ngakak). Karena ingin bebas, Madeline berencana untuk 'mencemari' dirinya supaya reputasinya buruk terus dia nggak jadi nikah. Caranya? Cari seorang pria yang bisa mencemarinya, dan Madeline merasa pria yang ada di poster yang dibawa teman sekolahnya adalah pria yang tepat. Siapa pria itu? Jeng jeng jeng.. dia adalah Logan Scott, seorang pemain teater dari Capital Theatre. 

Apakah konflik selesai sampai situ aja, Madeline ketemu Logan, berhasil menjalankan misinya, terus happily ever after? Wah jangan mikir gitu dulu, karena di cerita ini konfliknya makin lama makin ribet. Nggak nyangka ada konflik yang berujung ke sini, ke situ, ke keluarga Logan, kemana-mana. Tapi, seru! 

Untuk adegan bed scene sendiri cukup 'hot' dan aku suka banget sama pembawaan Logan yang perhatian banget sama Madeline. Padahal istilahnya ya, Madeline kayak udah nipu Logan gitu tapi Logan tetap sayang dengan caranya sendiri sama Madeline. Karakter Madeline sendiri menurut aku cukup kuat untuk heroine, karena dia punya pendirian sendiri dan meski merasa bersalah kayak udah nipu Logan, tapi Madeline tetap menunjukkan rasa sayangnya jelas-jelas sama Logan.. uwow... :D


Overall aku suka sama buku Lisa Kleypas satu ini. Aku ingat bacanya itu subuh-subuh, aku ketagihan banget sampai terus-terusan baca. Oh ya, kalau nggak salah buku ini juga buku pertama yang aku baca sampai habis tanpa ngelihat-lihat halaman selanjutnya loh, hehe, saking aku menikmatinya :) Jadi, 4 bintang aku beri buat kisah cinta antara Logan dan Maddy ini :)